Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Perbedaan Anak Tantrum dan Sensory Meltdown, Tandanya Mirip!

anak tantrum
Pexels/Ketut Subiyanto
Intinya sih...
  • Anak tantrum karena ledakan emosi yang disengaja, sementara sensory meltdown adalah respons tak terkendali terhadap kelebihan rangsangan sensori kepada anak
  • Ciri-ciri tantrum dan sensory meltdown bisa mirip; menangis keras dan berteriak tetapi penyebabnya berbeda
  • Cara merespons anak tantrum dan sensory meltdown juga punya berbeda, fokus kepada akar penyebab yang bisa dilihat orangtua

Membedakan antara tantrum dan sensory meltdown akan membantu orangtua dan pengasuh anak untuk memberikan respons yang tepat saat hal itu terjadi. Diketahui kalau dua hal ini memang mirip secara fisik seperti menangis, berteriak, atau berguling di lantai. Namun, akar penyebab dan cara menanganinya berbeda.

Secara singkat perbedaan antara keduanya bisa dibedakan dalam dua garis besar. Tantrum yang bersifat emosional, sementara sensory meltdown biasanya yang oleh kelebihan rangsangan sensori. Jika bisa diketahui akan membantu orangtua memberikan respons yang lebih tepat dan mendukung kebutuhan anak secara optimal.

Berikut Popmama.com rangkum perbedaan anak tantrum dan sensory meltdown, tandanya mirip antara satu sama lain!

1. Perbedaan anak tantrum dan sensory meltdown

ilustrasi anak tantrum (unsplash.com/yang miao)
ilustrasi anak tantrum (unsplash.com/yang miao)

Tantrum adalah ledakan emosi yang disengaja, biasanya terjadi ketika anak tidak mendapatkan keinginannya atau merasa frustasi. Saat kondisi ini anak memiliki kontrol atas perilakunya dan seringkali akan berhenti jika permintaannya dipenuhi atau jika tidak mendapatkan perhatian yang diinginkan.

Tantrum sering kali menjadi alat manipulatif bagi anak untuk mencapai tujuan tertentu.

Sementara itu sensory meltdown, dikutip dari Very Well Health, adalah respons tak terkendali terhadap kelebihan rangsangan sensorik, seperti suara keras, cahaya terang, atau keramaian. Dalam kondisi ini, anak mengalami kelebihan beban sensori yang membuatnya kehilangan kontrol atas perilakunya.

Meltdown bukanlah tindakan manipulatif dan tidak dapat dihentikan dengan iming-iming atau ancaman. Anak membutuhkan waktu dan lingkungan yang tenang untuk pulih.

2. Ciri-ciri anak tantrum dan penyebabnya

ilustrasi anak tantrum (pexels.com/@vlada karpovich)
ilustrasi anak tantrum (pexels.com/@vlada karpovich)

Untuk bisa mengetahui lebih dalam mengenai anak tantrum, perlu mengetahui ciri-cirinya. Penyebab dari anak tantrum juga bisa beragam, ini yang perlu diperhatikan.

Ciri-ciri anak tantrum:

  • Menangis keras, berteriak, berguling di lantai, atau melempar barang

  • Perilaku ini sering terjadi pada anak usia 1-3 tahun

  • Anak masih memiliki kontrol atas perilakunya (bisa mengintip reaksi orang lain)

  • Anak masih bisa negosiasi atau bicara

  • Tantrum anak bisa muncul ketika anak merasa tidak dapat apa yang ia inginkan

Penyebab tantrum:

  • Ketidakmampuan anak dalam mengekspresikan kebutuhan atau perasaan karena keterbatasan bahasa

  • Frustasi akibat tidak mendapatkan apa yang diinginkan

  • Kelelahan, lapar, atau merasa tidak nyaman

  • Temperamen anak yang sensitif terhadap perubahan lingkungan atau rutinitas

3. Ciri-ciri anak sensory meltdown dan penyebabnya

ilustrasi anak tantrum (pexels.com/@ron lach)
ilustrasi anak tantrum (pexels.com/@ron lach)

Sudah disinggung di atas ada perbedaan antara anak tantrum dan sensory meltdown. Cirinya memang mirip, tetapi ada beberapa tanda fisik yang bisa dipelajari.

Ciri-ciri anak sensory meltdown:

  • Reaksi berlebihan terhadap rangsangan sensorik seperti suara keras, cahaya terang, atau pakaian yang tidak nyaman

  • Anak kehilangan kontrol atas perilakunya dan tidak responsif terhadap upaya menenangkan

  • Bisa berteriak dan menangis tanpa henti, kadang menyakiti diri (memukul kepala, gigit tangan, dll).

  • Ingin kabur dari situasi itu (menutup telinga, mata dan tubuh)

  • Meltdown bukanlah perilaku manipulatif dan tidak dapat dihentikan dengan iming-iming atau ancaman

Penyebab tantrum:

  • Kelebihan beban sensori yang membuat anak merasa kewalahan

  • Gangguan pemrosesan sensorik yang menyebabkan anak sulit mengatur respons terhadap rangsangan dari lingkungan

  • Kondisi ini sering terjadi pada anak dengan gangguan perkembangan seperti Sensory Processing Disorder (SPD)

4. Cara merespons anak tantrum yang tepat

ilustrasi anak balita yang tantrum (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi anak balita yang tantrum (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Ada beberapa yang bisa dilakukan orangtua untuk bisa merespons dengan tepat anak tantrum, berikut adalah lebih lengkapnya:

  • Hindari bereaksi dengan kemarahan atau frustrasi

  • Tawarkan ia pilihan dan bukan ancaman

  • Validasi emosinya, tapi tetap tegas

  • Konsisten, terapkan aturan yang sama agar anak memahami batasan yang ada

  • Bicarakan dengan anak tentang perilaku tantrumnya dan ajarkan cara yang lebih baik untuk mengekspresikan perasaan

5. Cara merespons anak sensory meltdown, jangan terbalik!

ilustrasi menghadapi tantrum (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi menghadapi tantrum (pexels.com/Yan Krukau)

Selanjutnya adalah cara merespons anak sensory meltdown. Ini berbeda dengan penyelesaian dengan anak yang mengalami tantrum. Jangan salah, berikut beberapa poinnya:

  • Bantu anak merasa aman terlebih dahulu, lalu bawa ke tempat tenang

  • Berikan pelukan yang dalam (deep pressure) dengan napas tenang

  • Hindari terlalu banyak bicara saat itu

  • Biarkan anak memiliki waktu untuk pulih tanpa tekanan.

  • Jika sudah tenang, bantu anak mengenalinya pemicu sensory meltdown-nya

  • Orangtua perlu mencatat apa yang memicu meltdown untuk menghindarinya di masa depan

Itulah tadi perbedaan anak tantrum dan sensory meltdown. Semoga membantu ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us