Baca artikel Popmama lainnya di IDN App

Anak Susah Makan, Bolehkah Diganti dengan Susu? Ini Penjelasannya

ilustrasi anak susah makan (pexels.com/karolina grabowska)
ilustrasi anak susah makan (pexels.com/karolina grabowska)

Saat anak menolak makan, tak sedikit orangtua yang panik dan langsung mencari jalan pintas dengan memberikan susu sebagai pengganti makanan utama. 

Iklan - Scroll untuk Melanjutkan

Memang, susu kerap dianggap praktis untuk mencukupi kebutuhan energi anak. 

Namun, benarkah cara ini aman dan efektif untuk tumbuh kembangnya? Sebelum menjadikan susu sebagai solusi, penting bagi orangtua memahami dampak pemberian susu berlebihan, terutama bagi pola makan, pencernaan, dan kebutuhan gizi si Kecil. 

Anak susah makan, bolehkah diganti dengan susu? Berikut Popmama.com rangkum informasinya untuk Mama.

1. Dampak memberikan susu berlebihan saat anak tidak mau makan

ilustrasi anak minum susu (unsplash.com/reiner ridao)
ilustrasi anak minum susu (unsplash.com/reiner ridao)

Memberikan susu sebagai pengganti makanan utama sering jadi jalan pintas bagi banyak orangtua. Namun, solusi ini ternyata menyimpan berbagai risiko yang bisa berdampak pada pola makan, pencernaan, bahkan status gizinya. 

Berikut beberapa poin penting yang perlu diketahui mengenai ini seperti dikutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Healthy Children AAP:

  • Cepat kenyang dan nafsu makan menurun. Susu tinggi kalori sehingga membuat anak cepat kenyang dan akhirnya malas makan makanan padat.

  • Kesempatan belajar makan hilang, terlalu sering minum susu bisa membuat anak kehilangan stimulasi untuk mengenal berbagai tekstur dan rasa makanan.

  • Risiko anemia karena kekurangan zat besi. Ini bisa terjadi karena balita yang minum susu lebih dari 500 ml per hari lebih berisiko mengalami defisiensi zat besi yang memicu anemia. 

  • Gangguan pencernaan karena konsumsi susu berlebih, apalagi jika anak intoleran laktosa, bisa menimbulkan kembung, diare, atau konstipasi.

  • Pola makan jadi tidak seimbang karena kebiasaan ‘menambal’ rasa lapar dengan susu bikin anak terbiasa tidak makan makanan utuh, padahal kebutuhan serat, vitamin, dan mineral hanya bisa didapat dari MPASI.

2. Gangguan pencernaan dan pola makan tidak seimbang

Desain tanpa judul(5).jpg
Wikipedia/Susu formula untuk bayi baru lahir

Susu, terutama pada anak yang sensitif laktosa, berpotensi menimbulkan masalah pencernaan seperti kembung, diare, atau konstipasi. Dalam jangka panjang, kebiasaan mengganti makanan dengan susu membuat pola makan anak jadi tidak seimbang. 

Padahal, tubuh anak tetap memerlukan serat, vitamin, dan mineral yang hanya bisa diperoleh dari makanan padat.

3. Solusi agar anak mau makan tanpa mengandalkan susu

Pexels/Anna Shvets
Pexels/Anna Shvets

Sudah disebutkan di atas mengenai dampak saat anak tidak makan dan diganti dengan susu. Oleh karenanya, jangan sampai orangtua langsung memberi susu ke anak ketika tidak mau makan. 

Agar anak tidak ketergantungan dengan susu saat tidak mau makan, perhatikan hal-hal ini:

  • Menawarkan makanan lagi beberapa kali ketika anak menolak makan. Namun, beri jeda sekitar 10-15 menit, lalu coba ajak makan lagi. Jangan langsung mengganti makanan dengan susu.

  • Batasi asupan susu harian, terutama untuk anak di atas 1 tahun. Pastikan konsumsi susu tidak melebihi 500 ml per hari supaya nafsu makannya tidak terganggu.

  • Buat suasana makan nyaman dengan meminimalkan gangguan seperti gadget agar anak fokus makan. Buarkan suasana makan jadi momen yang menyenangkan.

  • Terapkan jadwal makan teratur dan biasakan anak mengonsumsi makanan padat sebagai asupan utama (MPASI). Susu hanya sebagai pelengkap, bukan pengganti makanan.

Jadi, saat anak tidak makan, sebaiknya jangan langsung diganti dengan susu, ya, Ma. Semoga informasi ini bisa membantu Mama!

Share
Editorial Team