Mirror Neurons, Mengapa Anak Suka Nonton Game Streamer

PewDiePie, Dream, Technoblade... game streamer mana lagi yang sering ditonton anak mama? Alih-alih menonton film atau kartun, mereka justru lebih memilih menghabiskan waktu berjam-jam di YouTube untuk menyaksikan streamer favoritnya bermain game. Mungkin Mama bertanya-tanya, apa sih yang seru dari menonton orang lain main game? Bahkan, kalau dipikir-pikir, waktu yang mereka habiskan untuk menonton streaming kadang lebih lama daripada waktu mereka bermain game itu sendiri. Kok bisa, ya?
Apa sebenarnya yang anak cari dari menonton game streaming? Bahkan saat Mama mencoba ikut duduk menemani, mungkin Mama merasa bosan atau mengantuk, sementara si Kecil malah tertawa-tawa dan terbawa suasana mengikuti emosi para streamer. Sebenarnya, apa yang sedang terjadi?
Nah, dalam artikel ini Popmama.com akan mengajak Mama memahami alasan mengapa anak suka nonton game streamer. Ternyata, ada penjelasan psikologis yang menarik lho, Ma. Yuk, kita cari tahu bersama kenapa streaming game begitu memikat bagi anak-anak zaman sekarang!
Mengenal Apa itu Mirror Neurons

Banyak anak menyukai menonton streamer game bukan semata-mata karena hiburannya, tapi juga karena keterlibatan emosional yang kuat yang mereka rasakan saat menonton. Salah satu penjelasan ilmiahnya adalah peran mirror neurons, yaitu sel otak khusus yang membuat kita bisa merasakan seolah-olah kita sendiri yang sedang melakukan apa yang kita lihat.
Pada bayi, misalnya, mirror neurons ini membantu mereka meniru ekspresi wajah dan suara orang di sekitarnya. Ketika mereka melihat senyum untuk pertama kali, sel otak ini akan menyala dan membentuk "peta" di otak untuk meniru ekspresi tersebut melalui sambungan saraf ke otot wajah.
Lebih jauh lagi, mirror neurons juga diyakini berperan dalam menumbuhkan empati. Mereka membantu kita menghubungkan apa yang kita amati dari orang lain dengan pengalaman kita sendiri.
Inilah alasan mengapa menonton orang lain bermain game bisa terasa begitu seru, karena otak kita seolah ikut “bermain” lewat pengalaman yang diamati. Ketika aksi permainan berlangsung di layar, otak kita bereaksi dan memicu sensasi yang mirip seperti saat kita sendiri yang menjalankannya.
Fenomena keterlibatan emosional ini juga terjadi saat kita menonton olahraga, seperti sepak bola, di mana penonton bisa ikut tegang, bersorak, atau kecewa. Padahal, mereka hanya menonton, bukan ikut bertanding.
Vicarious Experience, Pengalaman yang Didapat Pengalaman yang Lain

Saat anak menonton orang lain bermain game, baik melalui streaming maupun video di YouTube, mereka sering kali ikut merasakan emosi yang intens, seperti tegang, seru, hingga gembira. Hal ini mirip dengan pengalaman kita saat menonton pertandingan sepak bola, di mana kita bisa ikut hanyut emosinya ketika tim lawan hampir mencetak gol, atau bersorak gembira saat tim favorit menang.
Pengalaman semacam ini disebut sebagai vicarious experience, yaitu pengalaman tidak langsung yang diperoleh hanya melalui pengamatan terhadap apa yang dialami orang lain, tanpa perlu terlibat langsung.
Meski secara fisik mereka hanya duduk diam di depan layar, otak anak merespons adegan-adegan yang ditonton seolah-olah mereka sendiri yang mengalaminya. Lewat proses ini, anak bisa belajar, terlibat secara emosional, dan merasa menjadi bagian dari kejadian dalam game yang berlangsung. Inilah salah satu alasan mengapa menonton game streaming bisa terasa sama menyenangkannya, atau bahkan lebih seru, dibanding bermain game itu sendiri.
Game Bisa Tumbuhkan Emosi dan Empati

Selain memberikan hiburan, menonton streamer juga bisa memberi manfaat edukatif, asalkan Mama memilih dengan baik kreator yang cocok dengan anak-anak, dari segi game yang dimainkan, maupun bahasa yang digunakan.
Dengan game yang cocok, sebenarnya anak-anak bisa belajar mengatur strategi permainan, cara kerja game, bahkan belajar mengelola emosi dan empati.
Beberapa riset dari National Library of Medicine menunjukkan bahwa pada anak usia 12 hingga 15 tahun, mengindikasikan bahwa bermain game, jika sesuai dengan usia dan dimainkan secara bijak, bisa menjadi sarana pembelajaran yang efektif.
Namun, lagi-lagi sangat penting untuk diingat bahwa pengawasan orangtua tetap diperlukan. Konten yang dibawakan streamer terkadang memuat bahasa atau perilaku yang kurang pantas, sehingga anak perlu diarahkan secara aktif.
Sense of Belonging kepada Komunitas Game

Tak hanya soal permainan, interaksi antara streamer dan penonton juga menciptakan rasa sense of belonging dan keterlibatan sosial. Anak-anak bisa merasa menjadi bagian dari komunitas yang memiliki minat yang sama.
Selama waktu layar (screentime) tetap dalam batas wajar dan ada pengawasan yang konsisten, aktivitas menonton streamer dan bermain game sebenarnya tidak seburuk yang sering dibayangkan. Justru, jika dikelola dengan tepat, kegiatan ini bisa membuka peluang untuk belajar, berinteraksi, dan mengembangkan keterampilan sosial anak.
Nah, Ma, itulah alasan mengapa anak suka nonton game streamer. Meskipun diam-diam memiliki banyak manfaat, Mama tetap harus memastikan game dan streamer yang ditonton dan dimainkan anak sesuai dengan umurnya, ya, Ma. Perlu keterlibatan aktif dari Mama dan Papa sebagai orangtua untuk mengawasi mereka.