Meta Blokir Grup Facebook Inses, Ini Dampak Bahayanya Bagi Anak

Kemunculan grup-grup berisi fantasi inses di media sosial Facebook belakangan ini membuat netizen geram, hingga mengecam keras perbuatan yang dilakukan para anggotanya.
Tak hanya menuai kemarahan netizen yang miris melihatnya, kasus ini bahkan sampai menarik perhatian Meta (perusahaan induk Facebook) yang digadang telah memblokir grup yang meresahkan tersebut.
Lebih lanjut, pemerintah Indonesia melalui Kominfo, Komdigi, dan kepolisian juga mulai mendalami kasus ini lantaran dinilai berbahaya bagi norma sosial dan perlindungan anak.
Selengkapnya, berikut Popmama.com telah merangkumkan deretan fakta terbaru terkait grup Facebook viral yang berisi konten fantasi hubungan sedarah atau inses.
1. Meta blokir sejumlah grup inses di Facebook

Setelah kasusnya viral dibagikan ulang oleh netizen di media sosial, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Indonesia pun langsung melaporkan hal ini kepada perusahaan induk Facebook, Meta.
Sebagai tindak lanjut atas munculnya sejumlah grup yang meresahkan tersebut, Meta pun dilaporkan telah menutup sejumlah grup Facebook yang mempromosikan konten bertema inses atau fantasi sedarah.
Sejumlah grup yang diisi lebih dari puluhan ribu anggota itu diketahui menyebarkan konten pornografsi inses, yang mana isinya meresahkan masyarakat karena telah melanggar norma hukum serta sosial.
Lebih lanjut, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menjelaskan bahwa pemblokiran ini adalah upaya tegas negara yang berkolaborasi bersama Meta untuk melindungi anak-anak dari konten digital yang berpotensi merusak perkembangan mental dan emosional mereka.
2. Upaya pemberantasan konten digital berbahaya

Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komdigi, Alexander Sabar, dalam keterangannya kepada awak media menjelaskan bahwa pemblokiran akses grup Facebook berisikan fantasi sedarah ini menjadi bagian dari implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP Tunas).
Di mana dijelaskan bahwa aturan tersebut berisikan kewajiban setiap platform digital untuk melindungi anak dari paparan konten berbahaya, serta menjamin hak anak untuk tumbuh dalam lingkungan digital yang aman dan sehat.
Sebagai perusahaan induk Facebook, Meta sendiri memiliki kebijakan ketat terhadap konten seksual eksplisit, termasuk dengan cepat menindaklanjuti sejumlah grup inses yang mana berisikan lebih dari puluhan ribu anggota.
Adanya pemberitaan viral terkait grup berisikan konten fantasi sedarah ini membuat masyarakat kembali diimbau untuk terus melaporkan adanya konten negatif serupa melalui platform aduankonten.id untuk ditindaklanjuti oleh pemerintah.
Adanya platform pengaduan tersebut menjadi upaya tegas semua pihak untuk salingi melindungi ruang digital dari konten yang merusak moral dan membahayakan perkembangan mental masyarakat, khususnya anak-anak.
3. Dampaknya pada perkembangan anak

Tak hanya 1 atau 2 grup, dilaporkan telah terbentuknya sejumlah grup berisikan konten inses, termasuk grup bernamakan "Fantasi Sedarah".
Mirisnya lagi, grup tersebut berisikan 32 ribu anggota yang mana masing-masing anggota saling berbagi cerita atau bahkan foto yang berisikan fantasi mereka terhadap anggota keluarga sedarah atau inses.
Padahal, anak yang menjadi korban inses memiliki dampak traumatis yang bisa mengganggu perkembangan dan mental mereka, Ma.
Melansir dari American Psychological Association, anak korban inses berisiko tinggi mengalami depresi, PTSD, dan gangguan kecemasan yang sering terbawa hingga dewasa dan memengaruhi kemampuan dalam mengelola emosi.
Studi yang dilakukan UNICEF pada tahun 2021 juga menunjukkan bahwa korban inses biasanya lebih memilih menarik diri dari lingkungan akibat rasa malu dan ketakutan. Hal ini tentu membuat anak sulit membangun kepercayaan dalam lingkungan sosial.
Merasa dirinya diperlakukan tidak semestinya, hal ini membuat anak kerap menyalahkan dirinya sendiri hingga menurunkan rasa percaya diri mereka. Dampak berbahayanya bisa membuat anak mengalami gangguan makan atau bahkan penyalahgunaan obat di kemudian hari.
Kasus inses yang marak terjadi belakangan ini bukan hanya pelanggaran hukum, tapi juga penghancuran masa depan anak. Dari dampak psikologis dan sosial yang disebutkan di atas bisa saja bertahan seumur hidup jika tidak ditangani secara serius, Ma.
Untuk itu, yuk, bersama kita jaga ruang digital dan lingkungan sekitar dari konten atau perilaku berbahaya ini. Jangan sampai hal serupa menimpa anak-anak kita dan merusak kehidupannya.
Perlindungan anak adalah tanggung jawab kita semua. Semoga hal serupa tak kembali terjadi pada anak-anak lainnya.