Baca artikel Popmama lainnya di IDN App

10 Kebiasaan Sepele yang Berisiko untuk Kehamilan, Jangan Diremehkan!

Pexels/cottonbro studio
Pexels/cottonbro studio
Intinya sih...
  • Sering rebahan telentang setelah usia 16 minggu bisa mengurangi aliran darah ke jantung dan rahim, meningkatkan risiko hipotensi supin dan berdampak pada kesehatan janin.
  • Kurang minum air putih hingga dehidrasi dapat memicu kontraksi dini dan mempengaruhi suplai oksigen ke janin.
  • Sering menahan buang air kecil dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (ISK).
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kehamilan adalah masa yang penuh kehati-hatian, kenapa? Karena ada beberapa hal yang sebaiknya tidak dilakukan untuk ibu hamil. Efeknya tidak hanya untuk ibu hamil itu sendiri, melainkan juga bisa memengaruhi janin dalam kandungan.

Meski setiap ibu ingin memberikan yang terbaik bagi tumbuh kembang janinnya, ternyata tanpa disadari ada beberapa kebiasaan yang dianggap sepele justru bisa membawa risiko, nih! Mulai dari minum kopi berlebihan, posisi tidur tertentu, hingga kebiasaan menahan buang air kecil. 

Itu semuanya bisa berdampak pada kesehatan ibu dan janin jika tidak diwaspadai. Apa saja lengkapnya?

Berikut Popmama.com rangkum kebiasaan sepele yang berisiko untuk kehamilan.

1. Sering rebahan telentang setelah usia 16 minggu

Pexels/Polina Kovaleva
Pexels/Polina Kovaleva

Setelah usia kehamilan mencapai sekitar 16–20 minggu, posisi tidur telentang dapat menekan vena cava inferior. Ini bisa mengurangi aliran darah ke jantung dan rahim, seperti dikutip dari The Bump.

Menurut NHS UK, kondisi ini bisa menimbulkan rasa pusing, jantung berdebar, bahkan risiko hipotensi supin, yang berkaitan dengan syok vena cava hingga risiko kesehatan janin.

2. Kurang minum air putih hingga dehidrasi

Pexels/Yan Krukau
Pexels/Yan Krukau

Jarang minum air yang berujung pada dehidrasi dapat menyebabkan volume darah menurun. Ini bisa memicu kontraksi dini dan memengaruhi suplai oksigen ke janin.

WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menyarankan ibu hamil harus konsumsi minimal 8–10 gelas air per hari agar fungsi ginjal optimal dan ketuban tetap cukup.

3. Sering menahan buang air kecil

Freepik/gpointstudio
Freepik/gpointstudio

Menahan kencing dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (ISK). Sebagai informasi ISK jauh lebih rentan dialami perempuan saat hamil, dikutip dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention). 

Namun, ibu hamil juga tidak perlu panik karena sebenarnya ini adalah masalah umum pada kehamilan. Namun, jika tidak ditangani bisa berkembang menjadi pielonefritis dan memicu persalinan prematur atau berat lahir rendah.

4. Makan makanan mentah atau setengah matang

Pexels/ClickerHappy
Pexels/ClickerHappy

Makanan mentah seperti sushi, daging setengah matang, atau keju tidak dipasteurisasi berisiko mengandung bakteri seperti Listeria dan Toksoplasma. Dikutip dari CDC ini bisa menyebabkan infeksi serius pada janin.

Menurut WHO, infeksi akibat bakteri atau virus dalam daging mentah dan makanan  tidak matang cukup berbahaya. Ini bisa memicu keguguran, cacat lahir, atau bahkan kematian janin.

5. Minum kopi berlebihan

Unsplash/DiBella Coffee
Unsplash/DiBella Coffee

Mengutip dari ACOG (The American College of Obstetricians and Gynecologists) menyebut kalau kafein mudah melewati plasenta dan metabolisme janin sangat lambat. Ketika dikonsumsi dalam jumlah berlebih dapat meningkatkan risiko berat lahir rendah.

Risiko keguguran pada janin besar jika mengonsumsi kopi >200 mg/hari, seperti dikutip dari Very Well Family. ACOG dan Penn Medicine merekomendasikan batas aman konsumsi <200 mg kafein per hari, yaitu setara 1–2 gelas kopi untuk ibu hamil.

6. Kurang tidur atau pola tidur tidak teratur

Pexels/cottonbro studio
Pexels/cottonbro studio

Kurang tidur atau pola tidur tak teratur selama hamil bisa memengaruhi produksi hormon dan sistem kekebalan tubuh. Ketika imunitas ibu hamil rendah bisa meningkatkan risiko preeklamsia dan komplikasi kehamilan, seperti kata CDC.

Studi dalam Journal of Clinical Sleep Medicine menunjukkan ibu dengan gangguan tidur lebih berisiko mengalami tekanan darah tinggi dan mood labil saat hamil.

7. Paparan asap rokok (aktif maupun pasif)

rokok
Freepik

Mengutip dari CDC, Merokok atau terpapar asap rokok (perokok pasif) meningkatkan risiko bayi lahir prematur, berat badan rendah, dan masalah pernapasan.

CDC juga memperingatkan tentang risiko gangguan kognitif dan penyakit kronis pada anak yang terpapar asap selama kehamilan.

8. Olahraga berlebihan atau tanpa pengawasan

women exercising at the gym
Pexels/Instituto Alpha Fitness

Aktivitas berat seperti HIIT, angkat beban berat, atau olahraga ekstrem tanpa pengawasan dokter. Dikutip dari NHS UK (National Health Service; sistem layanan kesehatan didanai publik di Britania Raya) menyebut olahraga ekstrem ini menyebabkan ketegangan otot, risiko jatuh, atau memengaruhi suplai oksigen ke janin.

Mengutip dari CDC, ibu hamil disarankan olahraga atau aktivitas fisik yang bersahabat seperti jalan, yoga, atau berenang agar lebih aman. 

9. Stres berkepanjangan tanpa penanganan

stress during pregnancy
Pinterest.com/citybook.pk

Mengutip CDC, stres kronis memicu peningkatan hormon kortisol pada ibu hamil yang bisa mengganggu nafsu makan, memicu mual, dan meningkatkan tekanan darah (risiko preeklamsia).

Journal of Psychosomatic Obstetrics juga menyebut stres berat selama hamil berhubungan dengan gangguan mood postpartum dan penurunan kualitas tidur.

10. Mengabaikan periksa rutin ke dokter atau bidan

ilustrasi USG
Pexels/Pavel Danilyuk

Tidak rutin melakukan pemeriksaan ke dokter/bidan membuat risiko komplikasi seperti anemia, preeklamsia, atau diabetes gestasional tidak terdeteksi lebih awal. Sayangnya, masih banyak yang menganggap remeh kehamilan dengan tidak memeriksa kandungan meski tidak ada keluhan.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan WHO merekomendasikan minimal 4 kali kunjungan antenatal untuk deteksi dini dan intervensi jika ditemukan tanda komplikasi. 

Itulah tadi kebiasaan sepele yang berisiko untuk kehamilan. Menjaga kehamilan tetap sehat memang butuh perhatian ekstra, termasuk dari hal-hal kecil yang kerap dianggap sepele.

Share
Editorial Team